Jumat, 23 November 2018

Fajar Keren menyebut Anda di Facebook.

 
  Fajar Keren menyebut Anda dalam sebuah komentar .       Fajar Keren 24 November pukul 13.27   kalo tentang kajian kitab saya bukan santri saya tidak pernah komentar. Sekedar berbagi Ilmu dari buku yang saya baca FANATISMU itu Apri Yanto Fanatisme dapat dijumpai di setiap lapisan masyarakat, di negeri maju, maupun di negeriterbelakang, pada kelompok intelektual maupun pada kelompak awam, pada masyarakat beragama maupun pada masyarakat atheis. Pertanyaan yang muncul ialah apakah fanatisme itumerupakan sifat bawaan manusia atau karena direkayasa?1. Sebagian ahli ilmu jiwa mengatakan bahwa sikap fanatik itu merupakan sifat natural (fitrah)manusia, dengan alasan bahwa pada lapisan masyarakat manusia di manapun dapat dijumpaiindividu atau kelompok yang memilki sikap fanatik. Dikatakan bahwa fanatisme itu merupakankonsekwensi logis dari kemajemukan sosial atau heteroginitas dunia, karena sikap fanatik tak mungkin timbul tanpa didahului perjumpaan dua kelompok sosial.Dalam kemajemukan itu manusia menemukan kenyataan ada orang yang segolongan dan adayang berada di luar golongannya. Kemajemukan itu kemudian melahirkan pengelompokan "ingroup" dan "out group". Fanatisme dalam persepsi ini dipandang sebagai bentuk solidaritasterhadap orang-orang yang sefaham, dan tidak menyukai kepada orang yang berbeda.Ketidaksukaan itu tidak berdasar argumen logis, tetapi sekedar tidak suka kepada apa yang tidak disukai ( dislike of the unlike ). Sikap fanatik itu menyerupai bias dimana seseorang tidak dapatlagi melihat masalah secara jernih dan logis, disebabkan karena adanya kerusakan dalam sistem persepsi ( distorsion of cognition ).Jika ditelusuri akar permasalahannya, fanatik dalam arti cinta buta kepada yang disukai danantipati kepada yang tidak disukai dapat dihubungkan dengan perasaan cinta diri yang berlebihan( narcisisme ), yakni bermula dari kagum diri, kemudian membanggakan kelebihan yang ada padadirinya atau kelompoknya, dan selanjutnya pada tingkatan tertentu dapat berkembang menjadirasa tidak suka, kemudian menjadi benci kepada orang lain, atau orang yang berbeda denganmereka. Sifat ini merupakan perwujudan dari egoisme yang sempit.2. Pendapat kedua mengatakan bahwa fanatisme bukan fitrah manusia, tetapi merupakan halyang dapat direkayasa. Alasan dari pendapat ini ialah bahwa anak-anak, dimanapun dapat bergaul akrab dengan sesama anak-anak, tanpa membedakan warna kulit ataupun agama. Anak-anak dari berbagai jenis bangsa dapat bergaul akrab secara alami sebelum ditanamkan suatu pandangan oleh orang tuanya atau masyarakatnya. Seandainya fanatik itu merupakan bawaanmanusia, pasti secara serempak dapat dijumpai gejala fanatik di sembarang tempat dandisembarang waktu. Nyatanya fanatisme itu muncul secara berserakan dan berbeda-bedasebabnya.3. Teori lain menyebutkan bahwa fanatisme berakar dari tabiat agressi seperti yang dimaksudoleh Freud ketika ia menyebut instink Eros dan Tanatos.4. Ada teori lain yang lebih masuk akal yaitu bahwa fanatisme itu berakar pada pengalamanhidup secara aktual. Pengalaman kegagalan dan frustrasi terutama pada masa kanak-kanak dapatmenumbuhkan tingkat emosi yang menyerupai dendam dan agressi kepada kesuksesan, dankesuksesan itu kemudian dipersonifikasi menjadi orang lain yang sukses. Seseorang yang selalu gagal terkadang merasa tidak disukai oleh orang lain yang sukses. Perasaan itu kemudian berkembang menjadi merasa terancam oleh orang sukses yang akan menghancurkan dirinya.Munculnya kelompok ultra ektrim dalam suatu masyarakat biasanya berawal dariterpinggirkannya peran sekelompok orang dalam sistem sosial (ekonomi dan politik) masyarakatdimana orang-orang itu tinggal. (Y)  
   
 
   Facebook
 
   
   
 
Fajar Keren menyebut Anda dalam sebuah komentar.
 
   
Fajar Keren
24 November pukul 13.27
 
kalo tentang kajian kitab saya bukan santri saya tidak pernah komentar. Sekedar berbagi Ilmu dari buku yang saya baca FANATISMU itu Apri Yanto Fanatisme dapat dijumpai di setiap lapisan masyarakat, di negeri maju, maupun di negeriterbelakang, pada kelompok intelektual maupun pada kelompak awam, pada masyarakat beragama maupun pada masyarakat atheis. Pertanyaan yang muncul ialah apakah fanatisme itumerupakan sifat bawaan manusia atau karena direkayasa?1. Sebagian ahli ilmu jiwa mengatakan bahwa sikap fanatik itu merupakan sifat natural (fitrah)manusia, dengan alasan bahwa pada lapisan masyarakat manusia di manapun dapat dijumpaiindividu atau kelompok yang memilki sikap fanatik. Dikatakan bahwa fanatisme itu merupakankonsekwensi logis dari kemajemukan sosial atau heteroginitas dunia, karena sikap fanatik tak mungkin timbul tanpa didahului perjumpaan dua kelompok sosial.Dalam kemajemukan itu manusia menemukan kenyataan ada orang yang segolongan dan adayang berada di luar golongannya. Kemajemukan itu kemudian melahirkan pengelompokan "ingroup" dan "out group". Fanatisme dalam persepsi ini dipandang sebagai bentuk solidaritasterhadap orang-orang yang sefaham, dan tidak menyukai kepada orang yang berbeda.Ketidaksukaan itu tidak berdasar argumen logis, tetapi sekedar tidak suka kepada apa yang tidak disukai ( dislike of the unlike ). Sikap fanatik itu menyerupai bias dimana seseorang tidak dapatlagi melihat masalah secara jernih dan logis, disebabkan karena adanya kerusakan dalam sistem persepsi ( distorsion of cognition ).Jika ditelusuri akar permasalahannya, fanatik dalam arti cinta buta kepada yang disukai danantipati kepada yang tidak disukai dapat dihubungkan dengan perasaan cinta diri yang berlebihan( narcisisme ), yakni bermula dari kagum diri, kemudian membanggakan kelebihan yang ada padadirinya atau kelompoknya, dan selanjutnya pada tingkatan tertentu dapat berkembang menjadirasa tidak suka, kemudian menjadi benci kepada orang lain, atau orang yang berbeda denganmereka. Sifat ini merupakan perwujudan dari egoisme yang sempit.2. Pendapat kedua mengatakan bahwa fanatisme bukan fitrah manusia, tetapi merupakan halyang dapat direkayasa. Alasan dari pendapat ini ialah bahwa anak-anak, dimanapun dapat bergaul akrab dengan sesama anak-anak, tanpa membedakan warna kulit ataupun agama. Anak-anak dari berbagai jenis bangsa dapat bergaul akrab secara alami sebelum ditanamkan suatu pandangan oleh orang tuanya atau masyarakatnya. Seandainya fanatik itu merupakan bawaanmanusia, pasti secara serempak dapat dijumpai gejala fanatik di sembarang tempat dandisembarang waktu. Nyatanya fanatisme itu muncul secara berserakan dan berbeda-bedasebabnya.3. Teori lain menyebutkan bahwa fanatisme berakar dari tabiat agressi seperti yang dimaksudoleh Freud ketika ia menyebut instink Eros dan Tanatos.4. Ada teori lain yang lebih masuk akal yaitu bahwa fanatisme itu berakar pada pengalamanhidup secara aktual. Pengalaman kegagalan dan frustrasi terutama pada masa kanak-kanak dapatmenumbuhkan tingkat emosi yang menyerupai dendam dan agressi kepada kesuksesan, dankesuksesan itu kemudian dipersonifikasi menjadi orang lain yang sukses. Seseorang yang selalu gagal terkadang merasa tidak disukai oleh orang lain yang sukses. Perasaan itu kemudian berkembang menjadi merasa terancam oleh orang sukses yang akan menghancurkan dirinya.Munculnya kelompok ultra ektrim dalam suatu masyarakat biasanya berawal dariterpinggirkannya peran sekelompok orang dalam sistem sosial (ekonomi dan politik) masyarakatdimana orang-orang itu tinggal. (Y)
 
   
   
 
Lihat di Facebook
 
   
   
 
Pesan ini dikirim ke aan.lelono84.autotechno@blogger.com. Jika Anda tidak ingin menerima email ini lagi dari Facebook, berhenti berlangganan.
Facebook, Inc., Attention: Community Support, 1 Facebook Way, Menlo Park, CA 94025
   
 

Tidak ada komentar:

Pesan Singkat

Penulis menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan. Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Penulis berhak untuk tidak menampilkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA.

Bagaimana hasil survey terhadap artikel yang anda baca ?